Tuesday, June 9, 2015

Ledakan Non Nuklir Terbesar di Dunia

Pada akhir Perang Dunia Kedua, Angkatan Darat Inggris memiliki surplus besar amunisi dan bahan peledak yang mulai memberi mereka ide-ide. Disarankan bahwa kelebihan amunisi bisa dimanfaatkan untuk eksperimen seismik dengan mendirikan ledakan terkontrol untuk menghasilkan gelombang seismik yang memiliki intensitas sebanding dengan yang dihasilkan oleh gempa bumi kecil. Namun pelaksanaan eksperimen seperti itu jika dilakukan di dalam negeri Inggris tidaklah memungkinkan karena ukuran ledakan yang diperlukan pada situs, akan menyebabkan kerusakan pada properti di dekatnya. Jadi mereka beralih ke Jerman.




Inggris baru saja memenangkan perang terbesar dalam sejarah manusia dengan Jerman, dan pada bulan Juli 1946, dump amunisi dekat kota Soltau, di utara Jerman, diledakkan, memproduksi gelombang seismik yang teramati hingga jarak 50 km. Tapi Inggris membutuhkan sesuatu yang lebih besar. Jadi mereka mulai mempersiapkan ledakan non-nuklir paling kuat di dunia, yang akhirnya kemudian dikenal sebagai "British Bang". Target: kepulauan kecil di lepas pantai Jerman bernama Heligoland.

Heligoland adalah kepulauan kecil yang terletak sekitar 46 kilometer di lepas pantai Jerman di Laut Utara. Kepulauan ini terdiri dari dua pulau - pulau utama yang berpenghuni seluas satu km persegi, bernama Hauptinsel, dan sebuah pulau kecil tak berpenghuni bernama 'Dune' di mana landasan pulau berada.

Karena lokasinya yang strategis, Heligoland memiliki sejarah militer yang panjang. Awalnya diduduki oleh gembala Frisian dan nelayan, pulau berada di bawah kendali adipati dari Schleswig-Holstein di tahun 1402 dan menjadi milik Denmark di tahun 1714. Pada 1807, selama perang Napoleon, Heligoland direbut oleh armada Inggris dan secara resmi berada di bawah kekuasaan Inggris pada tahun 1814. Pada tahun 1890, pulau itu diserahkan ke Jerman dalam pertukaran dengan Zanzibar dan wilayah Afrika lainnya.

Pandangan udara dari Helgoland, antara tahun 1890 dan 1900.

N.E. Point, Helgoland, antara tahun 1890 dan 1900.

Jerman mengevakuasi penduduk sipil yang tinggal di pulau dan mengembangkan pulau itu menjadi sebuah pangkalan angkatan laut utama, dengan pelabuhan yang luas dan instalasi galangan kapal, benteng bawah tanah, dan pengisian bahan bakar pesisir. Pertempuran pertama angkatan laut, Pertempuran Heligoland Bight, telah terjadi di dekat pulau ini. Ketika Perang Dunia Pertama berakhir, penduduk pulau kembali dan pulau menjadi sebuah resor wisata populer untuk kelas atas Jerman. Selama era Nazi, pulau itu kembali menjadi kubu angkatan laut dan menderita akibat pemboman berkelanjutan oleh Sekutu hingga menjelang akhir Perang Dunia II.

Dengan kekalahan Jerman, penduduk dievakuasi, dan Inggris memutuskan untuk menghancurkan benteng yang tersisa, bunker bawah tanah dan pangkalan kapal selam oleh peledakan dalam, dan sekaligus mencatat ukuran ledakan dengan sensor seismik untuk ilmu pengetahuan.

Pada tanggal 18 April 1947, Royal Navy meledakkan 6.700 ton bahan peledak menciptakan awan jamur hitam yang menjulang hingga 6.000 kaki ke langit. Orang-orang di daratan radius 60 km diperingatkan untuk membuka jendela mereka untuk menghindari implosion, dan hembusan ledakan (blast) itu tercatat hingga sejauh Sisilia. The Guinness Book of World Records mencantumkan ledakan Heligoland sebagai ledakan non-nuklir terbesar dalam sejarah.

Ledakan di Heligoland.

Peledakan yang merilis energi yang setara dengan sepertiga dari yang dirilis oleh bom atom Hiroshima, mengguncang pulau utama beberapa mil ke dasarnya. Inggris awalnya mengharapkan pulau itu akan benar-benar hancur. Pulau ini selamat tapi bentuk fisiknya telah berubah untuk selamanya. Ujung selatan telah menjadi kawah besar, yang hari ini dijadikan tempat wisata.

Royal Air Force terus menggunakan pulau sebagai tempat pemboman sampai pulau ini kembali ke Jerman Barat pada tanggal 1 Maret 1952. Kota, pelabuhan, dan resor mandi di Düne dibangun kembali, dan Heligoland sekali lagi menjadi sebuah resor liburan.











Baca Juga:







Sumber

Popular Posts